Minggu, 23 Oktober 2011

Membangkit Batang Tarandam

Tarandam batang tarandam
Timbul tinggalam di narus banyu
Hilang jua di mata hilang jua di hati
Ingat kada jua diingat

Tarandam lawas tarandam
Tarandam lawas di arus banyu
Bangkitakan lah jua batang tarandam lawas
Pusaka paninggalan urang bahari

Mambangkit batang tarandam lawas tarandam
Pusaka bahari nang lawas pang tarandam
Tabangkit jua batang tarandam tabangkit
Barakat kita gawi sabumi

Pantun Banjar Penganten Hanyar


Rumah Banjar batawing papan
Lawangnya bapalang watun
Assalamulaikum kami ucapkan
Handak bamula marangkai pantun

Anak punai maurak alar
Bajalan bajingkit-jingkit
Umai-umai pangéntén Banjar
Basésérétan tangan bakait

Maracik pandan wan pudak
Lalu dihambur kapatataian
Urang malihat badaraw surak
Pangénténnya kasisipuan

Burung bilatuk duduk baréndéng
Baréndéng di kayu jati
Pangénténnya duduk basanding
Rupa bungas baik budi

Makan mangga buah kesturi
Maméncok asam balahan
Baik-baik mambawa diri
Hidup baiman mati baiman

Setanggi bunga kenanga
Harum baunya di tanah Banjar
Barupa bungas apalah artinya
Adat pusaka mun dilanggar

Baunya harum kambang melati
Kambang bogam kambang untaian
Sembah sujud sapuluh jari
Doa restu ulun harapkan

Ayu ja Ding lakasi luruh kalambu
Imbahitu bujurakan buncu-buncunya
Apik-apik Dinglah mamacul baju
( ai napa garang Ka. Badidiam ja Dingai )
Kéna supan katahuan abah wan uma

Daun si daun dadap
Gugurnya ka atas watun
Ada salah ampun maap
Sampai disini untaian pantun

Pantun ini kubacakan pada acara Perkawinan adik Bupati Kab.Banjar
Di gedung Pangeran Suriansyah Banjarmasin, l Feb 2009.
Diposkan oleh Arsyad Indradi di 05:18

Selasa, 11 Oktober 2011

iban alphabet

By Alexianto Simukeir Embaloh (Anak Borneo)


In 1947 Dunging invented 77 characters/symbols representing phonological sounds in the Iban language. His alphabet was taught to a few of his nephews while the rest of the people in his community were too illiterate to appreciate the significance of his alphabet then.

Undaunted by the poor response from the surrounding community, Dunging kept at revising and refining his alphabet until after almost 15 years he managed to discard some overlapping and redundant characters. He finally managed to revise the alphabet from 77 to 59 characters in 1962.

Dunging was once invited by some colonial officers to teach his alphabet system to the Iban public in Betong. through formal education. His effort was unfortunately short-lived as he was not in agreement with some of the terms stipulated on his alphabet teaching. He left and the whole school for the alphabet was scrapped. Ever since then, the alphabet eventually disappeared into oblivion even though there had been some effort to revive it, nonetheless, all efforts seemed to fizzle away.

Dunging’s adopted son, Mr. Bagat Nunui however managed to put whatever was left together into an unpublished manuscript in 1990. It was only later that the alphabet was revived and revitalised by Dr. Bromeley Philip to salvage it from disappearing with times.

- Extracted from ibanalpahbet.blogpsot.com by Bromeley Philip


via : http://www.ceritadayak.com/2011/10/iban-alphabet.html

Kutai Lawas

Dalam Kajian Lebih Lanjut Mengenai Kerajaan Kutai Kuno Ini Selalu Dijadikan Pembicaraan Oleh Para Pakar Sejarah Dan Yang Paling Mengesankan Adalah Dikalangan Arkeolog Mengenai Ditemukannya Bukti Kuat Tentang Keberadaan Kerajaan Kutai Yg Disebut-Sebut Kerajaan Kutai Mulawarman Dengan Piagam-Piagam Batunya Disebut Prasasti Yupa, Yang Bertulis Tentang Sair-Sair Dalam Aksara Palawa Yang Digunakan Dalam Bahasa Sangsekerta Dikurun Zaman Awal Abad Masehi Di India. Sehingga Sekarang Ini Sejarah Tentang Kerajaan Kutai Mulawarman Semakin Tampak Jelas Karena Sampai Sekarang Masih Merupakan Lahan Pengkajian Yang Menarik Minat Para Pakar Sejarah Karena Banyaknya Penguraian Bukti Baik Paktual, Oral Dan Sebagainya Yang Menuai Kontraversial Dikalangan Pakar. Tentang Prasasti Yupa Adalah Argumen Pertama Yang Diangap Kuat Menjadi Dasar Pembicaraan Di Tingkat Internasional Didalam Babak Priode Sejarah Nusantra. Argumen Lain Didapatkanya Beberapa Catatan Mengenai Perjalanan Para Musafir Baik Dari Cina, India, Bahkan Yunani, Itu Adalah Dasar Dari Perkembangan Budaya Yang Pernah Ada Sejaaman Proto Sejarah Karena Hal Ini Juga Ditafsir Dari Beberapa Bahasa Memang, Sawai Dan Dondang Serta Bedandeng Pada Upacara Sakral Dan Ritual Yang Dilakukan Oleh Penduduk Setempat Yang Masih Memegang Adat Istiadatnya Lama. Kebudayaan Kutai Kuno, Adalah Peninggalan Budaya Hindu Dari India Selatan Yang Juga Dipengaruhi Budaya Astronesia Yang Berakulturasi Dengan Beberapa Kebudayaan Di Asia Tenggara. Bagaimana Penguraianya Bahwa Sebelum Masuknya Budaya Hindu Di Kalimantan Sudah Ada Peradapan Atau Kehidupan Walaupun Belum Begitu Dikenal Oleh Bangsa Luar Misalnya, Sebelum Munculnya Nama Maharaja Sri Kundungga Telah Muncul Beberapa Nama Para Penghulu (Raja Atau Kepala Suku Malay Disebut Penghulu Bakulapura Yakni Munculnya Nama Atwangga Dan Mitroga Yang Merupakan Nenek Dan Bapak Dari Kundungga). Adanya Cerita Menurut Tutur Legenda, Dalam Sebuah Mantera Yang Dikenal Dengan Memang Asal Yang Bahasanya Pun Mengunakan Bahasa Malay Adapun Cerita Itu Selalu Menjadi Cerita Rakyat Hampir Meliputi Semua Ras Dan Suku Di Kutai Bahkan Pernah Ada Di Malaysia Juga Ada Cerita Mengenai Puan Mergasi Yang Merupakan Tokoh Raksasa Yang Suka Memangsa Anak Kecil, Dan Bahwa Dulu Memang Telah Hidup Seorang Sakti Bernama Piatu Anak Dari Tahani Karena Kejenangannya (Kesaktianya) Pihatu Dapat Mengalahkan Raja Puan Hanja Maka Disitulah Awalnya Pihatu Yang Beristeri Putri Tumbau Dan Putri Lempam, Mengarai (Mencipta) Membangun Negeri. Negerinya Bernama Malaya Negeri Ini Selalu Mendapat Serangan Dari Negeri Singkarak Di Utara Kalimantan Yang Dipimpin Puan Minak Mergasi Anak Puan Minak Mampi, Dan Isterinya Nama Puan Serdang Mereka Ini Adalah Keturunan Puan Minak Hanja Yang Adalah Orang-Orang Primitif Sisa Zaman Purba. Cerita Yang Melegenda Ini Adalah Dari Infirasi Yang Juga Dapat Dijadikan Suatu Pengkajian Karena Terkait Dengan Beberapa Memang (Mantera) Yakni Dalam Upacara Ritual Selalu Dijadikan Bahasa Pengantar Dengan Kemumulan (Keturunan Awal), Walapun Cerita Legenda Ini Berpariasi Sesuai Kebutuhan Sang Penuturnya Namun Banyak Hal Yg Perlu Kita Ambil Sebagai Bahan Kajian Utuk Dijadikan Sumber Oral Sejarah. Tokoh-Tokoh Legenda Sangat Melekat Dalam Khayalan Kekanakan Di Kutai Adapun Ceritanya Menggabarkan Ketuladanan Dalam Infirasi Kehidupan Dizaman Dahulu Yang Sangat Mendidik Kita Dalam Kehidupan Sekarang Ini, Walaupun Ceritanya Simpang Siur Namun Masih Dapat Tertata Dalam Suatu Permaknaan Dalam Gambaran Atau Wayang Kehidupan Dizaman Sekarang.
Legenda Puan Tahun Yang Menceritakan Asal Usul Dari Tata Cara Pertanian Dan Perkebunan, Legenda Silu Yang Diperankan Oleh Sayus, Songo, Sentang, Silu, Rumbai Kaca, Rumbai Nenang, Dan Naning Serta Ngene Adalah Cerita Pertanda Alam, Tokoh Puan Minak Hanja Dan Bota Serta Puan Minak Mergasi Serta Dato Samburakai Dan Pegole, Sahu Adalah Tokoh Supranatural, Digambarkan Sebagai Raja-Ratu Raksasa Sedangkan Para Putri-Putri Cantik Diperankan Oleh Putri Ragel Mayang, Ragel Kemuning, Ragel Kelungsu Dan Putri Tumbau Serta Putri Lempam Dan Putri Kilan Cahaya Serta Kilan Samsu Serta Ratu Gamboh Dan Ratu Gari Adalah Para Wanita Cantik Yang Hidup Dizaman Sebelum Mulawarman Dan Putri Surak, Putri Pidara Putih Dan Putri Mayang Sari Serta Putri Niradiah Dan Putri Serifah Kencana Adalah Para Putri Yang Hidup Setelah Zaman Mulawarman. Ada Seorang Tokoh Yang Arif Bijak Bernama Nek Kembayat. Sedangkan Pada Sekitar Peralihan Masa Zaman Abad Ke 14 Banyak Tokoh Legendaris Seperti Putri Bengalon, Putri Karang Melenu, Dan Babu Jaluma Serta Malengkar Dan Seorang Raden Kusuma Serta Aji Jawa Dan Deloy Serta Sekeling Dan Lainya Semua Tokoh Ini Adalah Pemilik Karakter Masing-Masing Perannya Dan Setelah Di Awal Munculnya Islam Tersebut Beberapa Nama Tokoh Seperti Taj-Muluk, Siti Jubedah, Haji Batu Dan Datok Merangan Serta Tuan Badang Dan Tunggang Parangan. Semua Cerita Diatas Terkait Dengan Adanya Wayah Atau Waktu, Atau Unsur Penanggalan, Sehingga Munculnya Aksara Pallawa Yang Disebut Aksara Tamil Grantha Dan Pengaruh Agama Veda Yang Sangat Berpengaruh Diawal Abad Masehi Di Nusantara.

kajian kuno suku kutai


Putri Maharaja Sri Mulawarman Nala Dewa Bernama Suklawarmandewi, Adik Maharaja Sri Wangsa Warman Raja Kutai Martapura Ke-4, Wafat Dalam Usia Muda Tanpa Anak Menjadi Permaisuri Utama Wisnuwarman Gelar Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasutah, Raja Ke-4 Tarumanegara Yakni Putra Purnawarman. Pernikahan Surya Warma Raja Ke 7 Taruma Negara Dengan Mutya Sakti Dan Melahirkan Sang Kandiawan Mendirikan Kerajaan Kendan Di Medang Gana (Garut). Pernikahan Raja Suraliman Sakti Gelar Karmadharaja Bhimaparakrama Di Kerajaan Kendan (Medang Giri) Bawahan Tarumanagara, Dengan Dewi Mutya Sari Putri Raja Kutai Martapura Keturunan Maharaja Kutai Mulawarman, Pada Tahun 597 Masehi Atau 490 Caka. Maharaja Singa Wargalawarman Raja Kutai Martapura Ke 14 Mempunyai Putra Antaranya : 1. Maharaja Cendra Warman Dewa Menjadi Raja Ke 15 Di Kutai Martapura (Muara Kaman), 2. Maharaja Diraja Jayawarman Menjadi Raja Sriwidjaya Siguntang Mahameru (Sumatra). Maharaja Prabu Mula Tunggal Dewa Raja Kutai Martapura (Muara Kaman) Ke 16 Mempunyai Anak Antara Lain: 1. Maharaja Nala Indra Dewa Raja Kutai Martapura (Muara Kaman) Ke17 Melahirkan Putri Aji Bidara Putih Yang Menjadi Ratu Ke 18 Di Kutai Martapura Dengan Gelar Mahasuri Mayang Mulawarni Yang Berperang Dengan Pangeran Dari Cina. 2. Mahaputri Nila Perkasetiawati Dewi Kawin Dengan Prabu Wisnu Dewata Murti Gelar Hing Giling Wesi Raja Pajajaran Di Pakwan (Jawa Barat) Dalam Tahun 1030. Putri Aji Pidara Putih Yang Menjadi Ratu Ke 18 Di Kutai Martapura Dengan Gelar Maharatu Mayang Mulawarni Yang Berperang Dengan Pangeran Dari Cina, Adapun Putranya Maharaja Indra Mulia Tunggawarman Dewa Yang Menjadi Ratu Ke 19 Di Kutai Martapura. Yang Berputra Kan Maharaja Sri Langka Dewa Menjadi Raja Kutai Martapura Dan Saudaranya Panji Sengiyang Memperisteri Putri Surak (Indu Anjat Di Perian) Dan Membangun Lamin Di Juno Daerah Batang Lunang Serta Menjadi Adipati Wilayah Di Keham Dalam Dan Mempunyai Putra Bernama Seranding Dipati I Yang Memperisteri Puan Metam Putri Raja Melayu Yang Bersaudara Dengan Petinggi Hulu Dusun Babu Jaluma, Dan Melahirkan 2 Orang Anak : 1. Aji Seranding Dipati Ii Menjadi Adipati Di Indu Anjat Melahirkan Singa Jaya I. (Turunanya Liat Silsilah Adipati Lamin Juno Indu Anjat Perian. 2. Aji Putri Karang Melenu Di Peristeri Raden Kusuma Saudara Tiri Raden Widjaya Gelar Kartarajasa Jaya Wardana Raja Dari Kerajaan Majapahit Sedangkan Raden Kusuma Anak Lembuntal Putra Mahisa Cempaka Gelar Nara Sinhamurti Putra Mahisa Wonga Telong Yang Adalah Anak Hasil Perkawinan Ken Arok Dan Ken Dedes, Yang Diangkat Batara (Pimpinan Pangkalan Militer Di Tanjung Kute) Dan Oleh Karna Itu Raden Kusuma Diberi Gelar Aji Batara Agung Dewa Sakti Diangkat Menjadi Adipati Wilayah Majapahit Dengan Jabatan Mangkubumi Menguasai Wilayah Hulu Dusun,Jahitan Layar Dan Tepian Batu. Turunanya Liat Dalam Silsilah Raja Kutai Kartanegara. Maharaja Guna Perana Tungga Raja Kutai Martapura Ke 21 Mempunyai Anak Antara Lain : 1. Tan Reniq Gelar Maharaja Widjaya Warman Menjadi Raja Ke-23 Di Kerajaan Kutai Martapura Di Muara Kaman. 2. Mahaputri Indra Perwati Dewi Gelar Mahasuri Paduka Suri Alias Putri Bengalon Diperisteri Adipati Wilayah Kutai Kartanegara Bernama Aji Batara Agung Paduka Nira. Nala Perana, Menjadi Kepala Negeri (Adipati Muara Kaman) Adalah Putra Mahkota Kerajaan Kutai Martapura Anak Dari Maharaja Derma Setiya Yang Meninggal Saat Berperang Dengan Aji Kiji Pati Jaya Perana Dari Kerajaan Kutai Kartanegra Atas Bantuan Singa Lenggawa (Adipati Indu Anjat) Dan Seorang Arab Bernama Syid Muhammad Suleman Yang Memperisteri Anak Bangsawan Yang Berdiam Di Sabintulung Bernama Putri Niradiah Atas Batuan Tuan Dari Arab Ini Beliau Di Islamkan Dan Memperisteri Seorang Saudara Dari Sayid Muhammad Suleman Bernama Putri Serifah Kencana Yamg Melahirkan Nala Singa (Tinggal Di Muara Kaman) Dan Adiknya Pateh Reneq (Tinggal Di Ketebang Siguntung Pedalaman Sabintulung). Nala Singga, Menjadi Adipati Di Muara Kaman, Melahirkan Singa Lenggawa Yang Menjadi Adipati Di Indu Anjat Kawin Dengan Dingin Cucu Jentui Gelar Raden Tumenggung (Adipati Indu Anjat Perian) Yang Melahirkan Pasang Mertua Dari Nala Singa Juga Melahirkan Singa Yuda. Singa Yuda, Menjadi Adipati Di Muara Kaman, Melahirkan Anak Antaranya : Marga Gelar Maharaja Marga Nata Kusuma Diangkat Menjadi Adipati Di Muara Gelumbang (Muara Bengkal) Yang Melahirkan Puan Panjang Alias (Tuan Panjang) Yang Melahirkan Dayang Sungka Isteri Sultan Aji Muhammad Idris. Nala Marta Diangkat Menjadi (Adipati Di Muara Kaman) Melahirkan Anak Diantaranya : 1. Nala Mayang Melahirkan Anak Antara Bernama Nala Perana Berputrakan Pendaik Yang Melahirkan H. Mustafa Yang Melahirkan Dayang Purnama Yang Diambil Isteri Oleh Sultan Aji Muhammad Suleman Setelah Menjadi Permaisuri Ke 4 Dayang Purnama Ber Gelar Ratu Purnama. 2. Lingka Gelar Nala Pati Menjadi Adipati Di Muara Kaman. 3. Singa Muda Menjadi Kepala Kampung Di Sabintulung Dan Keturunanya Tinggal Menetap Disana. 4. Wangsa Muda Menjadi Kepala Kampong Di Menamang Dan Keturunanya Menetap Disana. Dengan Adanya Fakta Sejarah Seperti Diatas, Maka Kita Perlu Berbangga Atas Nenek Moyang Kita Dulu Bahwasanya Dengan Sarana Dan Prasarana Terbatas Tetapi Sudah Bisa Berkomunikasi Dan Saling Bersilaturahmi.

Kebudayaan Kuna Di Kutai, Telah Lama Di Ketahui Bahwa Di Pedalaman Kalimantan Timur, Ada Suatu Bukti Munculnya Kebudayaan Kuno Yang Terkait Dengan Khasanah Budaya Nusantara, Bahwa Di Abad Ke IV Telah Muncul Institusi Kerajaan Yang Bercorak Kebudayaan Hindu Dari India Selatan Dikemudian Hari Kerajaan Ini Disebut Kerajaan Kutai Martapura Yang Mana Nama Ini Diberikan Karena Dalam Beberapa Sebutan Asal Nama Kutai Yakni Sebutan Dari Qwitaire Artinya Belantara Menurut Bahasa Sangsekerta Dan Martapura Berasal Dari Nama Sebuah Bukit Di Seberang Kota Muara Kaman Sekarang Yang Berasal Dari Kata Maradavur Artinya Cahaya Permata Dan Didalam Sejarah Nasional Indonesia Orang Mengenal Dengan Nama Kutai Kuno Karena Ditemukan Di Kutai, Namun Banyak Yang Menyebutnya Kerajaan Ini Bernama Kerajaan Kutai Mulawarman, Walaupun Sebenarnya Mulawarman Adalah Nama Seorang Raja Di Zaman Awal Peradapan Tersebut.

PERJALANAN SEJARAH DAN SILATURAHMI PERKAWINAN RAJA-RAJA DI NUSANTARA

Kebesaran Kerajaan Qwitaire Maradavur (Kutai Martapura) Atau Kuta Nagara Di Naladwiva (Ratna Dwiva) Atau Kalimantan Sama Halnya Dengan Kemasyuran Kerajaan Tarumanagara Di Jawa Barat, Hal Ini Seperti Apa Yang Ditulis Oleh Pangeran Wangsa Kerta Dari Kerajaan Indra Prahasta (Cirebon–Jawa Barat) Dalam Kitabnya “ Pusaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara ” Yang Dikarang Pada 1599 Caka (1673 Masehi) Dan Kitab “Nagarakretabhumi” Yang Dikarang 1600 Caka (1674 Masehi) Bahwa Kata Kalimantan Disebut Juga Bakulapura, Kerajaannya Disebut Kutanagara Atau Kutai Martapura. Pada Tahun 393 Masehi Atau 280 Caka Kerajaan Kutai Martapura Diperintah Oleh Sang Maharaja Aswawarman Menjadi Besar Dan Kuat Kemudian Dilanjutkan Oleh Putranya Yang Bernama Maharaja Sri Mulawarman Nala Dewa, Kerajaan Ini Sejaman Dengan Kerajaan Tarumanagara Di Jawa Barat, Radjanya Bernama Jayasinghawarman Gelar Maharesi Rajadhirajaguru Jayasinghawarman Gurudharmapurusa Dengan Ibu Kotanya Jayasingahapura Kemudian Menjadi Sundapura, Sang Aswawarman Beristri Dewi Gari Gelar Maharatu Sri Gari Putri Dari Maharaja Sri Kundungga. Jadi Hubungan Darah Antara Kedua Belah Pihak Kerajaan Tersebut Sangatlah Dekat Meski Pun Jarak Sangat Jauh Memisahkan Dua Kerajaan Tersebut, Yang Dipisahkan Oleh Lautan Dan Dipisahkan Pulau Yaitu Pulau Jawa Dan Pulau Kalimantan, Juga Waktu Itu Alat Tranfortasi Hanya Perahu, Tapi Tidak Menyulutkan Semangat Kekeluargaan Kedua Belah Pihak Dari Kerajaan Masing-Masing, Seperti Pihak Kerajaan Salakanagara (Pada Jamannya) Dan Tarumanagara (Pada Jamannya) Dengan Pihak Kerajaan Kuta Nagara Atau Kutai Martapura Sangat Erat Sekali. Hal Ini Dibuktikan Dengan Adanya Perkawinan Diantara Putra Mahkota Di Dua Kerajaan Tersebut, Seperti : Perkawinan Atwangga Putra Mitrongga, Mereka Keturunan Wangsa Warga Sungga Dari Magada Yang Menetap Di Ratnadwiva (Kalimantan. Atwangga Menikahi Kakak Dari Permaisuri Dewawarman Yaitu Putri Dari Negeri Bharata Dan Melahirkan Anak Bernama Kundungga (Yang Menjadi Radja Di Kutai Martapura–Bakulapura-Ratnadwiva) Dan Adiknya Maharaja Radjendra Warman Membangun Kota Perak Gemilang Kaca Di Campa Kamboja Sekarang. Perkawinan Sang Raja Aswawarman Dengan Maharatu Sri Gari Putri Maharaja Kudungga Dan Menjadikannya Sebagai Raja Kedua Di Kutai Martapura Dengan Maharaja Aswawarman Gelar Wangsa Kerta Adalah Putra Radja Prabu Dharmawirya Di Kerajaan Salakanagara Berasal Dari Bharatha, Dan Mempunyai Adinda Ipar, Bernama Jayasinghawarman Bergelar Maharesi Rajadhirajaguru Jayasinghawarman Gurudharmapurusa Yang Memperisteri Dewi Minawati Gelar Iswari Tunggal Pertwi Adalah Adik Kandung Maharaja Aswawarman Tempatnya Di Bumi Jawadwipa Yang Sekarang Jawa Barat. Wamsejenjat Gelar Maharaja Dijayawarman Memperisteri Putri Raja Campa Dan Menjadi Raja Di Campa (Kamboja Sekarang). Yang Menurunkan Dapunta Hiyang Raja Sriwidjaya (Sumatra Tahun 584) Dan Menurunkan Darma Setu. Pernikahan Wirawarman Atau Gunawarman Adik Maharaja Sri Mulawarman Nala Dewa, Nikah Dengan Dewi Candika Putri Maharaja Yudhadana (Raja Bawahan Tarumanagara Wilayah Medang Purwa 2 Dan Medang Giri). Kemudian, Dewi Can¬dika Dengan Wira¬warman Beranak Beberapa Orang, Dua Di An¬taranya, Amudrawarman Dan Dewi Jwalita. Kemudian, Dewi Jwali¬ta Dijadikan Istri Oleh Sri Maharaja Purnawar¬aman. Pernikahan Raja Purnawarman, Yang Menjadi Raja Ketiga Di Kerajaan Tarumanagara Nikah Dengan Dewi Jwalita Putri Wirawarman Atau Gunawarman Adik Sri Maharaja Mulawarman.
 
 

Urang Kutai

Banyak Hal Yang Perlu Kita Ketahui Sebelum Kita, Mengaku Urang Kutai Karena Kutai Adalah Asal Dari Nama Tempat Yang Pertama :

1. Kedua Nama Kutai Sudah Dikenal Sejak Awal Abad Masehi Yang Mana Pendatang Atau Pedagang India Menyebut Nama Wilayah Kerajaan Kutai Ini Dengan Sebutan Quitaire Artinya Belantara Dan Ibukotanya Bernama Maradavure (Martapura) Kerajaan Ini Menguasai Beberapa Pulau Dan Lautan Disebut Sagara Dan Sarana Transportasi Sungainya Disebut Mahakama (Asal Nama Mahakam) Artinya Gairah Cinta Yg Agung. Semuanya Berada Di Pulau Terluas Ke-3 Dunia Ini Awal Bernama Ratnadwiva, Kemudian Disebut Naladwiva, Borneo Dan Akhirnya Kalimantan. Maka Didalam Prasasti Yupa Raja Segara Mulawarman Adalah Penguasa Pravatam Sadiva Samalaya Penguasa Negeri Pertama Nusantara.

2. Kedua Nama Kutai Diabad Ke-9 Terkenal Dengan Nama Kho-Thay Yaitu Bandar (Kota Besar) Yang Memiliki Pelabuhan Perdagangan Terkenal Sampai Ke Penjuru Negeri Melalui Jalur Perdagangan Sutra Yang Berpusat Di Tionkok.

3. Ketiga Nama Kutai Disebut Tunjung Kute Pada Abad Ke-13 Kolonial Jawa (Majapahit), Ingin Menguasai Wilayah Ini Dan Menempatkan Seorang Batara Yang Merupakan Pimpinan Pangkalan Militer Di Jahitan Layar Sekarang Tempat Itu Diberi Nama Kutai Lama Yang Merupakan Sebuah Tanjung Riwana Dan Disinilah Awal Mulaya Kesultanan Kutai Kartanegara Bermula.

4. Jadi Kutai Awalnya Bukan Nama Suku, Melainkan Nama Tempat Atau Wilayah Transit Perdagangan Terbesar Dizamanya Dari Awal Abad Masehi Dan Dari Sinilah Tumbuh Suatu Pemerintahan Kerajaan Yang Terkenal Didunia Yakni Kerajaan Kutai Adalah Kerajaan Hindu Tertua Indonesia.

5. Kutai Memiliki 5 Suku Yang Sekarang Ini Muncul Motto Kutai Urang Jagau Dimana Dari Kutai Telah Munculnya Kembali Pewaris-Pewaris Kerajaan Yang Berhak Membangun Kembali Kejayaan Kutai Keturunan Dari Maharaja Kutai Mulawarman, Maka Dengan Adanya Hal Tersebut Dibuatlah Lembaga Kerajaan Kutai Mulawarman Yang Bermotto Tuah Emba Arai, Penyeru Perdamaian Abadi Didunia Tatkala Fajar Menyingsing Diufuk Timur, Dan Lembaga Suku Kutai Diharapkan Menjadi Pioner Yang Handal Sebagai Pembawa Amanat Kutai Raya Semesta Yang Tujuanya Adalah Mengembalikan Kedaulatan Rakyat Secara Nyata Dialam Berketuhanan Yang Maha Esa Dan Berdasarkan UUD 45 NKRI Dan Pancasila Bhinika Tunggal Ika Yang Berkekuatan Batin Gandawala Rah-tih (Merah Putih). Raih Lah Masa Depan Nan Abadi Nusantara Jaya.
 
 

SUKU ASLI KALIMANTAN

Suku2 Kalimantan adalah suku yg sangat kental dengan budaya Lisan dan sangat menjaga budaya lisan, jika memang suku kutai berasal dari campa, tentu cerita itu akan ada dalam legenda atau mitos2 orang2 kutai.

misalnya seperti dayak kenyah yg mempunyai cerita legenda bahwa nenek moyang mereka berasal dari cina. Sementara orang2 dayak tunjung, benuaq dan dayak2 lain mempunyai versi cerita sendiri. Misalnya orang dayak tunjung yg meyakini mereka keturunan dewa (nayuq sengiang).

TENTANG SIAPA YANG SUKU ASLI KALIMANTAN ANTARA KUTAI DAN DAYAK ?

Jawabannya KUTAI DAN DAYAK ADALAH SUKU ASLI KALIMANTAN

karena suku asli Kalimantan bukan di tentukan oleh siapa yg lebih dulu. Tapi di tentukan oleh bagaimana budaya mereka, pandangan hidup mereka, cara hidup mereka, dan ketergantungan hidup mereka terhadap bumi Kalimantan. Kenapa saya katakan demikian? Karena jika di tanya kepada suku Banjar, Kutai, Tidung, Berau, Paser dan Dayak tentang dimana tempat tinggal kalian, dimana rumah kalian, dimana tanah kalian? Tentu saja jawaban mereka ya di KALIMANTAN. Tentu saja Karena mereka tidak memiliki tempat tinggal atau daerah asal lain selain KALIMANTAN (berbeda dengan pendatang seperti jawa, bugis, batak, minang dll. Mereka masih memiliki daerah asal dan masih bisa pulang ke daerah asalnya. Sedangkan Kutai, Banjar, Berau, Tidung, Paser dan Dayak tidak ada tempat bagi mereka selain KALIMANTAN)

TENTANG SIAPA YANG LEBIH DULU ANTARA KUTAI DAN DAYAK?
Jawabannya:
tergantung suku dayak mana dan suku kutai mana yg anda maksud. PENJELASAN:
dayak di bagi menjadi 6 rumpun:
1. Apo kayan/kenyah
2. Iban
3. Klemantan
4. Murut
5. Punan
6. Ot danum

“ot danum” di yakini sebagai rumpun dayak tertua. Suku kutai tentu saja jika dilihat dari bentuk fisik, sejarah, mitologi, tradisi dan adat istiadat lamanya adalah termasuk rumpun ot danum.
bukti-bukti Kutai termasuk kelompok ot-danum:
1. animisme dinamisme atau agama kaharingan (suku kutai di desa kedang ipil masih menganut agama ini)
2. Mitologi. Contoh: Cerita SILUQ dan AYUS, merupakan cerita legenda dimana SILUQ di gambarkan sebagai orang memberi TUAH ke negeri Kutai. Mitologi ini juga di kenal oleh dayak tunjung, benuaq dan paser.
3. Belian (semua suku dayak rumpun ot danum memiliki budaya ritual belian)
4. Senjata Tradisional berupa Mandau, sumpit, keliau (tameng), tombak dll. (masih banyak suku kutai yg menyimpan benda benda pusaka berupa Mandau, sumpit, tombak, keliau dll yang di wariskan secara turun temurun. Meskipun barang2 pusaka ini hanya menjadi simpanan akan tetapi Hal ini cukup membuktikan bahwa dulu suku kutai pernah menjalani kehidupan sebagaimana suku dayak).
5. Bentuk/ciri fisik suku kutai mirip dengan suku-suku dayak rumpun ot-danum.

Kita Kembali ke.. mana yg lebih tua?

Misalkan jika di bandingkan dengan dayak rumpun “apo kayan/kenyah” tentu saja suku kutai lebih tua.
Karena sudah dijelaskan tadi, bahwa suku kutai termasuk rumpun “ot danum”.
Bukti lain bahwa suku kutai lebih tua dari beberapa sub suku dayak:

menurut sejarah suku kutai: terjadi peperangan antara kerajaan kutai kartanegara dengan pasukan kapal cina, dimana tentara cina berhasil dikalahkan dan mereka melarikan diri kehutan dan menjadi suku dayak basap. (dalam cerita ini orang2 kutai menjelaskan tentang asal usul dayak basap). Dalam cerita ini jelas bawa keberadaan suku kutai sudah ada sebelum dayak basap. Baca asal usul dayak basab di http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore.php?ac=283&l=asal-usul-orang-basap#

menurut sejarah dayak kenyah: cerita legenda mereka mengatakan bahwa mereka berasal dari cina.
Pada jaman dahulu kala Konon ada seorang pria bernama HAKA. Seorang saudagar kaya dari negeri Cina. Pekerjaannya adalah transaksi jual beli hasil bumi berkelana keseluruh penjuru dunia. Selengkapnya baca di http://kutaihulu.blogspot.com/2011/08/asal-usul-dayak-kenyah-cerita-legenda.html.

Bukti lain bahwa keberadaan suku kutai sudah ada sejak dahulu kala:

ada sejarah Sejarah dayak tunjung (tonyooi) yang mengatakan bahwa “tunjung” berasal dari kata “tuncukng” yang artinya “mudik”. Baca sejarah dayak tonyooi:
http://kutaihulu.blogspot.com/2010/08/sejarah-dayak-tunjung-tonyooi.html
“Tunjung” sendiri adalah sebutan oleh orang-orang kutai kepada suku dayak Tonyooi. Karena pada zaman dahulu suku dayak tunjung melakukan perjalanan dgn perahu untuk mudik ke hulu sungai. Ketika bertemu dengan orang Haloq (Kutai), maka orang2 kutai bertanya.. mau kemana?. “Tuncukng” jawab orang2 dayak tunjung. Maka sejak itu lah suku kutai memanggil suku dayak tonyooi dengan sebutan “urang tunjung” yg artinya: orang yg pergi ke udik (ke hulu sungai).
Mungkin dari cerita ini dapat membenarkan pendapat sejarahwan2 bahwa dahulu kala nenek moyang suku dayak mendiami daerah pesisir, kemudian karena kedatangan orang2 melayu ke pesisir borneo maka mereka pindah ke pedalaman dank e hulu2 sungai dan berpencar menjadi suku2 dayak yg bermacam2. Dan mereka yg masih bertahan di pesisir kemudian berkembang menjadi suku melayu Kalimantan.
Dari cerita ini pantaslah jika ada pendapat yg mengatakan suku kutai berasal dari dayak tunjung dan Kerajaan Kutai Kartanegara bersal dari kerajaan dayak tunjung. Karena dari cerita di atas dapat diketahui bahwa dahulu suku dayak tunjung mendiami wilayah hilir. Jadi mungkinkah kerajaan Kutai Kartanegara adalah kerajaan dayak tunjung pesisir /mereka yg tetap memilih tinggal dipesisir dan menerima masuknya budaya melayu ??????????? hmmmm.. saya tidak berani memastikan. Mungkin iya munking juga tidak.

APAKAH KUTAI JUGA ORANG DAYAK ?
jawabannya:
Saya tidak berani mengatakan bahwa KUTAI adalah DAYAK. Karena suku KUTAI sendiri menolak jika di sebut suku DAYAK.
JIKA pertanyaannya apakah suku KUTAI serumpun dengan suku DAYAK. Jawabannya IYA. Suku Kutai serumpun dengan suku dayak Rumpun OT-DANUM (Seperti yg saya jelaskan di atas).
PENJELASAN:
Sebenarnya nama/julukan DAYAK sendiri tidak pernah dikenal oleh orang dayak. Julukan ini pertama kali di populerkan oleh orang2 Belanda. Mereka menamai suku2 primitip yg saat itu tidak mempunyai nama.
kebanyakan orang2 dayak dahulu menyebut suku mereka dengan nama daerah atau nama sungai, contoh; Dayak Kayan (sungai kayan), Dayak ot-danum(artinya org hulu sungai), …….. dll.
sementara KUTAI juga dahulu belum menjadi nama suku, tidak ada sejarah yg menjelaskan keberadaan nama suku KUTAI pada zaman dulu, kutai hanya nama Kerajaan dan Wilayah pada saat itu (Zaman Kerajaan Kutai). Orang2 kutai sendiri meyakini dahulu mereka terbagi menjadi 5 puak yg juga dinamai berdasarkan nama daerah atau nama sungai. Seperti :
-Puak Pantun (daerah pantun),
-Puak Punang yg terdiri dari suku kedang dan suku adat lawas(sungai kedang)
-Puak Pahu (sungai pahu, muara pahu). Dan suku bola bongan (nama daerah bongan, yaitu sekarang dikenal dengan nama suku benuaq dan suku kutai bongan), suku kedang baroh (daerah sungai kedang baroh, penyinggahan)
-Puak sendawar (daerah pinang sendawar., yaitu sekarang dikenal dengan suku tunjung dan kutai melak)
-puak melanti (daerah melanti). Dan suku kedang lempong (di sekitar tenggarong)

jadi yang di sebut suku KUTAI sekarang ini adalah mereka yg berasal dari puak pantun, punang, pahu, sendawar, dan melanti yg berbudaya melayu Kutai.
Sedangkan mereka yg berbudaya dayak disebut suku DAYAK. Sebutan yg di berikan oleh orang2 belanda.

KESIMPULAN: baik KUTAI, BANJAR, BERAU, TIDUNG, PASER dan DAYAK adalah SUKU ASLI KALIMANTAN.

SALAM SUKU ASLI KALIMANTAN !!!

Kutai Pantun

Oleh: Maharaja Kutai Mulawarman Reza

Suku Kutai Pantun adalah suku atau Puak yang paling Tua diantara 5 Suku atau Puak Kutai lainya dan Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang, suku Kutai pantun dapat dikatakan sebagai turunan para bangsawan dan Pembesar di Kerajaan Kutai Martapura (Kutai Mulawarman) sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang.
Hal diatas didasari dari pengkajian jalur pelayaran India, Indo Cina dan Kalimantan yang amat menarik dikaji secara mendalam, maka secara pasti kronologis sejarah ini juga termuat dalam berita jalur perdagangan timbal balik segitiga antar daerah, karena bukan saja dalam berita – berita dari India saja namun berita – berita dari cinapun dapat dijadikan bahan kajian mengenai asal nama Kutai, bahwa dalam hubungan dagang bangsa cina dengan Pulau Silalahi yang berada dibagian timur negeri Cina, dan mereka menyebut pulau tersebut dengan nama Zabudj artinya Kalimantan dan baru diketahui kemudian ada hubungan antara Kerajaan Campa dan Kho-Thay (Kutai) yg berasal dari makna Kerajaan Besar dipedalaman sungai Mahakam.
Memang nama Kutai baru dikenal dalam bahasa Melayu, sebutan awalnya menurut berita India adalah Queitaire artinya Belantara dan dalam berita Campa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Dan kemudian perpindahan penduduk dari Campa sebagai buruh tambang Emas yang membangun sistim kesukuan dan dikepalai oleh seorang Raja Kecil bawahan dari Kemaharajaan Kutai Martapura dan dipimpin oleh seorang Kepala Puak Sendawar (Suku Dataran atau Dayak Tunjung), mereka mendiami daerah Melak sampai Barong Tongkok di Kab. Kutai Barat sekarang. Selain itu pula ada Suku Bola Bongan yang merupakan (Suku Darat atau Suku Dayak Benuaq), yang tinggal didaerah Sungai ohong dan menetap disekitar Kec.Bongan sekarang suku Dayak Benuaq menyebar hampir kepenjuru pulau Kalimantan mereka merupakan pendatang dari daratan Cina Selatan ras Mongolide yang semula merantau ke Dongson (Vietnam Sekarang). Bersamaan waktu jalanya pemerintahan Kemaharajaan Queitaire Maradapure, (Kerajaan Kutai di Martapura) banyak negeri bawahan kerajaan ini yg dipimpin oleh Raja Kecil yg dapat disamakan dengan Kepala Negeri setingkat Gubernur sekarang misalnya saja Negeri Talikat dan Negeri Daha wilayahnya di Daerah Kota Bangun dan Muara Muntai Sekarang, yang penduduknya merupakan Puak atau suku Kutai Kedang dan Suku Adat Lawas di Keham Dalam. Sedangkan Kutai Kedang Baroh mendiami wilayah Penyinggahan dan Muara Pahu selain Negeri Kelekat dipedalaman Sungai Belayan dan banyak Negeri lainya seperti Negeri Tanjung Gelumbang, Kanibungan, Jantur Tasik, Loa Niung dan Gelumbang Jo, Kumpai Menamang, Bunga Lo dan Negeri wilayah di Sungai Negeri Monggoh, serta lainya. Wilayahnya meliputi pulau Kalimantan daerah Tanah Merah, Sesayap, Batu Salah, Lemuntan, Long Nawan, Sembuan, Hawang Buta, Riwang, Sepaso, Petidan, Batu Putih, Seguntar, Teluk Bayur, Rantau Panjang, Langkap, Tanjung Batu, Tanjung Aru, Tanjung Layar, Palai Hari, Balandean, Paringin, Bongkang, Tanjung Putting, Kaluing, Mendawai, Tanjung Usu, Ma-Benagih, Muara Sepayang, Tami Layang, Pemangkat, Gunung Kaliangkang, Rengkang, Naga Sahe, Balai Karang, Sungai Kukap, Padang Tikar, Sukadana, Tanjung Sambar, Nanga Tayap, Sukaraja, Sungai Seruyan daerah atau negeri-negeri ini kemudian disebut wilayah Negeri Bakulapura yang merupakan wilayah Kekuasaan Maharaja Kutai di Martapura.
Perhara peperangan terjadi di Muara Sungai Mahakam, antara Pasukan Batara dari Majapahit dan Perahu Kapal Jong atau Wangkang Naga Cinta yang merupakan para pedagang menjalin hubungan deplomatik dengan Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman. Kekalahan diterima oleh Pasukan Cina yang lari kedaratan dan Menjadi Suku Dayak Basap mendiami daerah daratan pesisir pantai Kalimantan Bagian Timur, Bergolaknya perang diperairan Mahakam tepatnya di Tanjung Riwana yang merupakan Pangkalan atau Pelabuhan Syahbandar transit perdagangan yang merupakan wilayah Kerajaan Kutai Martapura yang berpusat di Muara Kaman, Jatuhnya Benteng Samsekepeng akibat serangan dari Pasukan pimpinan Raden Kusuma yang adalah adik dari Raden Wijaya Raja Majapahit yg berlainan Ibu ini, mengakibatkan jalur perekonomian dibidang perdagangan antar luar negeri diblokir Kerajaan Kutai Martapura semakin mengalami kemunduran karena para pedagang hanya melewati jalan Sungai menuju Muara Kaman. Tempat peperangan antar pasukan Kerajaan Kutai Martapura dan Cina serta Batara dari Majapahit ini diberinama Tanjung Riwana dan Kotanya diberinama Jahitan Layar dan sekarang namanya menjadi Kutai Lama dan atas kemenangan dari Sang Batara ini diperingati sebagai Hari Erau Tempong Tawar Mengulur Naga yang mengandung makna bahwa telah ditenggelamkanya kapal atau Jong Pedagang Cina yang bercorak Naga. Selain itupula Sang Batara menaklukan 4 wilayah Kerajaan Kutai yakni, Hulu Dusun, Binalu dan Sambaran serta Jahitan Layar maka atas keberhasilan tersebut Raden Kusuma di anugerahi Gelar Aji Batara Agung Dewa Sakti yang bertugas sebagai Batara (Pimpinan Militer) dan merangkap sebagai Mangkubumi setingkat Adipati Wilayah oleh Raja Majapahit dan diwajibkan membayar upeti kepada Kerajaan Majapahit setiap Musim Timur.

Dari nama antara Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman dan Kesultanan Kutai Kartanegara di Tenggarong, membuat kita lebih dapat memahami bentuk dan teori beririnya Kerajaan Kutai bahkan sangat jelas bahwa Kerajaan Kutai Martapura ini berada di wilayah pedalaman sungai Mahakam bermula di abad ke 4 M, sedangkan Kesultanan Kutai Kartanegara baru ada dimulai abad ke 13 M, bahkan sejak kurun waktu 14 abad Kerajaan Kutai Martapura di Muara Kaman ini memiliki hak secara De-Jure dan De-Fakto dalam pemerintahan sebagai Negara Berdaulat penuh tanpa pernah menjadi bawahan dari Negara Kerajaan Manapun hal ini berlangsung dari Tahun 350 M-1605 M, sedangkan Kesultanan Kutai Kartanegara ini tidak memiki hak De-Fakto hanya memiliki hak De-Jure saja hal ini dibuktikan bahwa dinyatakannya dalam tambo bahwa didaerah pesisir pantai Timur Kalimantan dipimpi oleh seorang Batara dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit, Batara ini sekaligus sebagai Pimpinan Militer dan Merangkap Hamangkubumi Wilayah setingkat Adipati, yang menguasai daerah Hulu Dusun, Jahitan Layar Sambaran dan Binalu yang dipusatkan di Jahitan Layard an Batara Tersebut adalah Raden Kusuma pembesar dari Keturunan Raja Singasari.

Aji Batara Agung Dewa Sakti memperisteri anak Seorang Adipati Indu Anjat di Batang Lunang daerah Perian Sekarang, dan Putri tersebut adalah Keponakan dari Seorang Petinggi Hulu Dusun bernama Babu Jaluma, dan Putri Tersebut anak Dari Serading Dipati bernama Karang Melenu dan Melahirkan Aji Paduka Nira, yang dalam tahun 1325 Aji Paduka Nira Menggantikan Aji Batara Agung Dewa Sakti sebagai Batara karena Aji Paduka Nira Berhasil Menaklukan daerah Buntang, Santan, Gunung Kemuning, Pandan Sari, Tanjung Semat, Rinjang, Rihang, Panyuangan, Senawan, Sangan-sangan, Kembang, Sungai Samir, Dundang, Manggar, Tanah Habang, Susuran Dagang, dan Tanah Malang, Pulau Atas, Karang Asam, Karang Mumus, Sambumi, Sembakung, Sabuyutan, Mangku Palas yang semula Negeri Wilayah Kerajaan Kutai Martapura yang berpusat di Muara Kaman. Dan Aji Paduka Nira berhasil Pula Melarikan Putri dari Kerajaan Kutai Martapura bernama Putri Indra Perwati Dewi, Putri ini sedang berada ke Mengkaying di Bungalo dan diambil Isteri oleh Aji Paduka Nira yang bergelar Aji Batara Agung Dewa Sakti dan Putri Indra Perati Dewi anak Maharaja Nala Guna Perana Tungga diberi Gelar Aji Paduka Suri atau Mahasuri Dibengalon.

Pada Tahun 1360 Aji Batara Agung Paduka Nira Mininggal Dunia dan Meninggalkan 7 Orang Putra Putri dari hasil perkawinanya dengan Aji Paduka Suri. Dan Baru pada tahun 1370 Maharaja Sultan datang Menghadap Brawidjaya III Raja Majapahit untuk meminta pengakuan diplomatic hal ini didukung oleh Anak Pembesar dari Suku Tunjung bernama Puncan Karna yang memperisteri Aji Raja Putri adik dari Maharaja Sultan yang telah membentuk system pemerintahan Dewan Ponco Prabu dan Dewan Perwalian Aji Sapta dan Menamakan Daerahnya Ing Kute Kartanegara yang mana nama ini adalah pengabadian dari nama Raja Singasari bernama Kartanegara.

Dewan Ponco Prabu adalah Dewan Lima Raja yang mempunyai hak atas mengatur kebijakan dalam roda pemerintahan dibawah naungan Raja Wilwatita yang merupakan Kerajaan Kecil dalam persekutuan Negara Majapahit dewan ini diketuai oleh Aji Maharaja Sakti dan beranggotakan antara lain : 1. Aji Maharaja Sakti, 2. Aji Maharaja Suradiwangsa, 3. Aji Maharaja Indrawangsa dan 4. Aji Maharaja Darmawangsa adapun Dewan perwalian Aji Sapta yng bertugas dalam menyelenggarakan siding-sidang di kepalai oleh Aji Maharaja Sakti dan beranggotakan 1. Puncan Karna, 2. Aji Maharaja Suradiwangsa, 3. Aji Maharaja Indrawangsa dan 4. Aji Maharaja Darmawangsa, 5. Aji Raja Putrid dan 6. Aji Dewa Putri. Sejak itulah kekuasaan Kerajaan Kutai Martapura tidak mendapat pengakuan sebagai wilayah Kerajaan Majapahit dikarenakan Maharaja Indra Mulia dari Muara Kaman, tidak mau tunduk dan takluk dibawah Kekuasaan Kerajaan Majapahit dan atas dasar tersebut Kerajaan Kutai Martapura ini pula memiliki hak penuh dalam negaranya dikarenakan keinginannya yang keras dalam mempertahankan kedaulatan dan tidak ingin dijajah oleh pihak Majapahit.

oleh: Maharaja Kutai Mulawarman Reza

SUKU KUTAI



Suku kutai adalah suku asli yang mendiami wilayah Kalimantan Timur. Suku kutai berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana suku-suku dayak di Kalimantan Timur. Diperkirakan suku kutai masih serumpun dengan suku dayak, khususnya dayak rumpun ot-danum. Oleh karena itu secara fisik suku kutai mirip dengan suku dayak rumpun ot-danum. Dan adat-istiadat lama suku kutai banyak kesamaan dengan adat-istiadat suku dayak rumpun ot-danum (khususnya tunjung-benuaq) misalnya; erau (upacara adat yang paling meriah), belian (upacara tarian penyembuhan penyakit), memang, dan mantra-mantra serta ilmu gaib seperti; parang maya, panah terong, polong, racun gangsa, perakut, peloros, dan lain-lain. Dimana adat-adat tersebut dimiliki oleh suku kutai dan suku dayak.

Pada awalnya KUTAI bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan. Kemudian lambat laun KUTAI menjadi nama suku. Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang.
Dalam berita Campa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar.
Jadi sebutan KUTAI awalnya berasal dari berita India adalah Queitaire artinya Belantara dan Barulah kemudian dalam bahasa melayu di sebut “Kutai” (berdasarkan dialek melayu).

Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa Kerajaan Kutai Kartanegara.

Dari pemaparan di atas diketahui bahwa KUTAI pada masa itu adalah nama Kerajaan/kota/wilayah bukan nama suku (etnis). Lalu bagaimanakan awal kemunculan suku “KUTAI” ??? jawabannya adalah:

Di Kutai dahulu terbagi menjadi lima puak (lima suku):

1. Puak Pantun
Puak Pantun adalah suku tertua di Kalimantan Timur, dan merupakan suku atau Puak yang paling Tua diantara 5 Suku atau Puak Kutai lainya, mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Raja pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah pimpinan Maharaja Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar), Kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai, hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan wilayah lainnya. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut, kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa pemerintahannya.
Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.

2. Puak Punang
Puak Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah pedalaman. Diperkirakan suku ini adalah hasil percampuran antara puak pantun dan puak sendawar (tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan Nada yang bergelombang. Misalya bahasa Indonesia “Tidak”, Bahasa Kutai “Endik”, Bahasa Kutai Kedang “Inde”…. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Paha pada masa pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah Kota Bangun, Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan sekitarnya.

3. Puak Pahu
Puak Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini tersebar di muara pahu dan sekitarnya.

4. Puak sendawar (Puak Tulur Djejangkat)
Puak Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai Barat), suku ini mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan Rajanya yang terkenal dengan nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami daerah pedalaman.

5. Puak Melani (melanti)
Puak Melani adalah suku yang mendiami wilayah pesisir. Mereka merupakan suku termuda diantara puak-puak Kutai, di dalam suku ini telah terjadi percampuran antara suku kutai asli dengan suku pendatang yakni; Banjar, Bugis, Jawa dan Melayu. Suku ini mendirikan kerajaan Kutai Kartanegara. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti. Suku ini mendiami wilayah pesisir seperti Kutai Lama dan Tenggarong.

Dalam perkembangannya puak pantun, punang, pahu dan melani kemudian berkembang menjadi suku kutai yang memiliki bahasa yang mirip namun berbeda dialek. Sedangkan puak sendawar (puak tulur jejangkat) yang hidup di pedalaman berkembang menjadi suku dayak.

Terpecahnya PUAK KUTAI melahirkan/menurunkan suku Dayak dan Kutai

Disinilah awal terbaginya dua golongan atau kelompok suku besar di Kutai.. yakni dayak dan kutai (haloq). Haloq adalah sebutan bagi suku asli Kutai yang keluar dari adat/budaya/kepercayaan nenek moyang. Sebutan haloq mulai timbul ketika suku-suku dari puak-puak kutai di atas mulai banyak meninggalkan kepercayaan lama (misalnya masuk Islam). Karena puak pantun, punang, dan melani sebagian besar meninggalkan adat atau kepercayaan lama mereka maka, mereka mulai di sebut “orang haloq” oleh puak lain yang masih bertahan dengan kepercayaan lamanya (kepercayaan nenek moyang). Dan puak yang masih bertahan dengan adat/kepercayaan lamanya sebagian besar adalah puak sendawar (puak tulur jejangkat), meskipun sebagian kecil ada juga suku dari puak sendawar yang meninggalkan adat lama (Behaloq). Sejak itulah orang haloq dan orang yg bukan haloq terpisah kehidupannya, karena sudah berbeda adat istiadat.

Lambat laun orang haloq ini menyebut dirinya “orang kutai” yang berarti orang yang ada di benua Kutai atau orang dari wilayah Kerajaan Kutai. Sejak itu lah kutai lambat laun mulai menjadi nama suku, yang mana suku kutai ini berasal dari puak pantun, punang, pahu dan melani dan sebagian kecil puak sendawar.

Puak sendawar yang sebagian besar masih bertahan dengan adat/kepercayaan lama kemudian berpencar membentuk kelompok-kelompok suku pedalaman dan terasing. Mereka kini menjadi suku Tunjung, Benuaq, Penihing, Oeheng, Bentian, Bahau, Modang dan lain-lain. Mereka adalah suku yang disebut suku “Dayak” pada masa kini. Dayak adalah sebutan yang dipopulerkan oleh orang Belanda, dimana mereka menyebut suku2 asli yang mendiami pedalaman Kalimantan sebagai “Dayaker”.
“Dayak” dalam bahasa beberapa sub suku dayak berarti “hulu”.
Jadi yang disebut “suku Kutai” sekarang ini adalah suku dari puak pantun, punang, pahu dan melani. Sedangkan suku dayak adalah dari puak sendawar. Jadi suku kutai bukanlah suku melayu muda akan tetapi adalah suku melayu tua, sama seperti suku dayak. Pengelompokkan suku kutai kedalam ras melayu muda hanya berdasarkan Sosio-religius atau kultural, bukan berdasarkan jenisnya (melayu tua).

Saat ini peneliti membagi suku kutai menjadi 4 sub-etnis:
1. Suku Kutai Tenggarong. (yang sebenarnya berasal dari puak melani)
2. Suku Kutai Kota Bangun. (yang sebenarnya berasal dai puak punang)
3. Suku Kutai Muara Pahu. (yang sebenarnya berasal dari puak pahu)
4. Suku Kutai Muara Ancalong. (yang sebenarnya berasal dari puak pantun)

BAHASA KUTAI

Saat ini bahasa kutai terbagi ke dalam 3 dialek:
1. Kutai Tenggarong (vkt). Contoh: endik, artinya tidak
2. Kutai Kota Bangun (mqg). Contoh: inde / nade, artinya tidak
3. Kutai Muara Ancalong (vkt). Contoh: Hik, artinya tidak
(* sebenarnya ada diaelek bahasa kutai lainnya seperti dealek kutai pantun, sengatta, guntung dll. Yang belum diteliti oleh peneliti)

Contoh beberapa persamaan bahasa Kutai dengan Dayak:
• Nade (Bahasa Kutai Kota Bangun); nadai (Bahasa dayak Iban / Kantu’), artinya tidak.
• Celap (bahasa kutai tenggarong, bahasa dayak Iban, bahasa dayak tunjung); jelap (bahasa dayak benuaq), artinya dingin.
• Balu (bahasa kutai tenggarong); balu (bahasa dayak iban); balu’ (bahasa dayak benuaq), artinya janda.
• Hek (bahasa kutai ), he’ (bahasa dayak tunjung), artinya tidak.
• Manok (bahasa kutai), manok (bahasa dayak) artinya ayam
• Alak (bahasa kutai), alaq (bahasa dayak kenyah) artinya ambil
• Telek (bahasa kutai kota bangun), telek (bahasa dayak) artinya lihat
• Kenohan (bahasa kutai), kenohan (bahasa dayak tunjung dan benuaq) artinya danau
• Langat (bahasa kutai), Langat (bahasa dayak tunjung) artinya panas terik
• Merang (bahasa kutai), Perang (bahasa dayak tunjung) artinya panas
• Mek (bahasa kutai ), mek (bahasa tunjung) artinya ibu
• Ye (bahasa kutai kota bangun), ye (bahasa dayak tunjung) artinya “yang”
• Jabau (bahasa kutai), jabau (bahasa dayak tunjung) artinya singkong

KEKERABATAN ORANG DAYAK TUNJUNG DAN BENUAQ DENGAN ORANG KUTAI (Wikipedia Suku Benuaq)

• Mengenai nama Kutai, ada pendapat bahwa itu memang bukan menunjuk nama etnis seperti yang menjadi identitas sekarang. Sebaliknya ada yang berpendapat nama Kutai selain menunjuk pada teritori. Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai. Dulu dalam buku sejarah Kutai ditulis Kutei, padahal istilah Kutei justru merupakan istilah dalam Bahasa Tunjung Benuaq, entah kapan istilah tersebut berubah menjadi Kutai. Istilah Kutai erat pula dengan istilah Kutaq – Tunjung Kutaq dalam bahasa Benuaq. Di pedalaman Mahakam terdapat nama pemukiman (kota kecamatan) bernama Kota Bangun – sekarang didiami etnis Kutai. Menurut catatan Penjajah Belanda dulu daerah ini diami orang-orang yang memelihara babi, dan mempunyai rumah bertiang tinggi. Menurut Orang Tunjung Benuaq, istilah Kota Bangun yang benar adalah Kutaq Bangun. Demikian pula di sekitar Situs Sendawar ada daerah yang namanya Raraq Kutaq (di Kec. Barong Tongkok, Kota Sendawar ibukota Kutai Barat). Kutaq dalam bahasa Tunjung atau Benuaq berarti Tuan Rumah, jadi orang Tunjung Benuaq lebih dahulu/awal menyebut istilah ini dibandingkan versi lain yang menyebut Kutai berasal dari Bahasa Cina – Kho dan Thai artinya tanah yang luas/besar.

• Nama Tenggarong (ibukota Kutai Kartanegara) menurut bahasa Dayak Orang Benuaq adalah Tengkarukng berasal dari kata tengkaq dan karukng, tengkaq berarti naik atau menjejakkan kaki ke tempat yang lebih tinggi (seperti meniti anak tangga), bengkarukng adalah sejenis tanaman akar-akaran. Menurut Orang Benuaq ketika sekolompok orang Benuaq (mungkin keturunan Ningkah Olo) menyusuri Sungai Mahakam menuju pedalaman mereka singgah di suatu tempat dipinggir tepian Mahakam, dengan menaiki tebing sungai Mahakam melalui akar bengkarukng, itulah sebabnya disebut Tengkarukng, lama-kelamaan penyebutan tersebut berubah menjadi Tenggarong sesuai aksen Melayu.

• Perhatikan pula nama-nama bangsawan Kutai Martadipura dan Kutai Kartenagara, menggunakan gelar Aji(id)[1] – bandingkan dengan nama Aji Tullur Jejangkat pendiri Kerajaan Sendawar (Dayak) – ayah dari Puncan Karna leluhur orang Kutai. Sisa kebudayaan Hindu Kaharingan yang sama-sama masih tersisa sebagai benang merah adalah Belian Kenjong, Belian Dewa serta Belian Melas/Pelas. Ketiga belian tersebut syair/manteranya menggunakan bahasa Kutai.

REFERENSI:
-Wikipedia Suku Kutai (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kutai)
-Wikipedia Suku Benuaq (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Benuaq)
-Wikipedia Suku Dayak (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak)
-Buku "Sejarah Masuknya Islam di Kaltim" (karya: Kang Tarto)
-diskusi dengan A.IANSYAHRECHZA.F gelar Maharaja Srinala Praditha Wangsawarman sebagai Pemangku Kerajaan Kutai Mulawarman sebagai pewaris dan pelestari budaya Kerajaan Kutai Martapura sekali gus Kepala Adat Besar Kec. Muara Kaman.
-dan dari beberapa artikel-artikel dan hasil kajian2 Ilmiah tentang asal-usul penduduk Kalimantan serta "sejarah kutai".
 
ditulis oleh @wajid annuri